Untuk permodalan sebuah usaha tidak harus dilakukan seluruhnya oleh wirausaha. Keterbatasan modal yang dimiliki mengharuskan wirausaha mencari peluang untuk tambahan modal dari luar.tambahan modal dapat berbentuk pinjaman, dapat juga berbentuk sharing atau system bagi hasil, atau penjualan saham.
Pada dasarnya pihak-pihak pemberi modal atau dana yang utama dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu : 1) Supplier, 2) Bank, 3) Dana Ekuitas
a. Supplier
Memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari 1 tahun), maupun untuk jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun).
Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun banyak terjadi pada penjualan barang dagangan dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Dalam hal yang demikian berarti bahwa langganan atau pembeli membiayai operasinya perusahaan (dalam hal ini pembelian barang dagangan atau bahan mentah) dengan dana yang berasal dari supplier. Supplier atau manufakturer (pabrik) sering pula menjual mesin atau equipments lain hasil produksinya kepada perusahaan atau pabrik yang menggunakan mesin atau equipments tersebut dengan jangka waktu pembayaran antara 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun. Pembeli mesin atau equipments harus melunasi harga mesin tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan cara mengangsur setiap bulan, setiap kwartal atau setiap tahunnya menurut kontrak yang dibuatnya. Dalam hal yang demikian berarti bahwa perusahaan / pabrik mesin itu membiayai pembelian mesin tersebut dengan dana yang berasal dari supplier untuk jangka waktu tertentu.
b. Bank-bank
Bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama yang memberikan kredit di samping pemberian jasa-jasa lain di bidang keuangan. Oleh karena tugas utamanya adalah memberikan kredit, maka bank telah menentukan kebijaksanaan dan peraturan-peraturan mengenai pemberian kredit, meskipun ada perbedaan antara Bank satu dengan Bank lainnya. Kredit yang diberikan Bank dapat dalam bentuknya kredit jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Syarat-syarat kredit jangka pendek pada umumnya lebih lunak dibandingkan dengan kredit jangka panjang. Hal ini disebabkan karena kredit jangka panjang biasanya meliputi jumlah dana yang besar, dan terikat untuk jangka waktu yang panjang.
Pada umumnya pemberian kredit oleh Bank adalah berdasarkan hasil penilaian dari Bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu antara lain meliputi segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut, besarnya jaminan yang dapat diberikan kepada Bank, posisi dan perkembangan finansial dari perusahaan pemohon kredit diwaktu-waktu yang lalu, prospek dari perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya diwaktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam dunia perbankan kita mengenal adanya pedoman “3 R” dan “5 C” dalam pemberian kredit di samping syarat-syarat kredit yang biasa, misalnya segi yuridisnya.
Adapun pedoman “3 R” dalam penilaian penggunaan kredit oleh Bank adalah :
1. Returns :
Returns menunjukkan hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan kredit tersebut. Dalam hubungan nini Bank harus dapat menilai bagaimana kredit yang diperoleh dari Bank tersebut akan digunakan oleh perusahaan pemohon kredit. Persoalannya disini adalah apakah penggunaan kredit tersebut akan menghasilkan “returns” atau hasil pendapatan yang cukup untuk menutup biayanya.
2. Repayment capacity
Bank harus menilai kemampuan perusahaan pemohon kredit untuk dapat membayar kembali pinjamannya (repayment capacity) pada saat-saat di mana kredit tersebut harus diangsur atau dilunasi.
3. Risk bearing ability
Bank pun harus menilai apakah perusahaan pemohon kredit mempunyai kemampuan cukup untuk menanggung resiko kegagalan atau ketidakpastian yang bersangkutan dengan penggunaan kredit tersebut. Dalam hubungan ini Bank harus mengetahui tentang jaminan apa yang dapat diberikan atas pinjaman tersebut oleh perusahaan pemohon kredit
Adapun pedoman “5 C” yaitu :
1. character :
Ini menyangkut segi pribadi, watak dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban finansialnya.
2. Capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik kemampuan dalam management maupun keahlian dalam bidang usahanya. Kemampuan tersebut diukur dengan data-data finansiil diwaktu-waktu yang lalu.
Berdasarkan kemampuannya dalam melaksanakan perusahaannya diwaktu-waktu yang lalu. Bank akan dapat menilai kemampuannya untuk melaksanakan rencana kerjanya diwaktu yang akan datang dalam hubungannya dengan penggunaan kredit tersebut.
3. Capital
Ini menunjukkan posisi finansiilperusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansiilnya dan penekanan dan komposisi “tangible not worth” nya”. Bank harus mengetahui bagaimana perimbangan antara jumlah hutang dan jumlah modal sendirinya.
4. Collateral
Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh Bank. Dalam hubungan ini Bank dapat minta agar akltiva yang dijadikan jaminan itu diasuransikan. Di samping jaminan kredit, Bank dapat menempatkan syarat-syarat tambahan untuk pengamanan kreditnya (convenants), yaitu antara lain berupa :
a. Asuransi dari milik-milik perusahaan / proyek;
b. Pernyataan bahwa peminjam tidak akan menjaminkan barang-barang lainnya untuk mendapatkan pinjaman lagi dari sumber lain;
c. Pembatasan jumlah pinjaman dari sumber lain;
d. Penetapan agar perusahaan senantiasa memelihara “net working capital” yang cukup;
e. Persyaratan-persyaratan dalam penunjukkan pimpinan perusahaan, penambahan barang modal dan dan pembagian keuntungan.
Adapun convenants tersebut harus merupakan persetujuan bersama antara Bank dan peminjam dan disamping itu secdara fleksibel harus dapat ditinjau kembali apabila keadaan berobah.
5. Conditions
Bank harus menilai sampai berapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi atau pengaruh dari trend ekonomi terhadap prospek perusahaan pemohon kredit khususnya dan prospek industri di mana perusahaan pemohon kredit termasuk di dalamnya pada umumnya.
Dalam hubungannya dengan penilaian proyek kredit investasi (project appraisal) Bank Indonesia telah memberikan pedoman-pedomannya.
Mengenai jaminan kredit masing-masing Bank dapat menetapkan ketentuannya sendiri-sendiri, kecuali untuk macam-macam kredit yang pengaturan jaminannya telah diatur oleh Bank Indonesia, misalnya Kredit Investasi, Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Kalau diperlukan oleh Bank pemberi kredit dapat memperkuat pembayaran kembali kredit tersebut dengan mengadakan perjanjian pertanggungan dengan suatu perusahaan asuransi, misalkan PT Askrindo atau dengan lembaga tertentu yang ditunjuk untuk itu, misalnya Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK).
Adapun persyaratan pemohon untuk memperoleh kredit, di antaranya :
1) Pribumi
2) Pengusaha / Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah
3) Mempunyai rencana usaha yang jelas
4) Ada izin usaha/sedang dalam penyelesaian dalam hal untuk usaha menurut ketentuan Pemerintah yang berlaku
5) Tidak sedang menikmati kredit dari Bank lain
6) Tidak termasuk Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI atau istrinya yang dilarang menurut Peraturan Pemerintah No 6/1974
7) Tidak termasuk Daftar Hitam/Daftar Kredit Rangkap/Daftar kredit macet, menurut catatan Bank.
Cara Memohon Kredit
1) Diajukan kepada Kantor Cabang Bank pelaksana
2) Mengisi daftar isian yang formulirnya sudah disediakan Kantor Cabang Bank pelaksana yang bersangkutan
3) Memberikan keterangan yang lengkap dan benar (jujur) mengenai keadaan keuangan dan usaha pemohon
4) Lain-lain
Dokumen-dokumen Yang Perlu Dilampirkan Dalam Permohonan Kredit
Dalam mengajukan permohonan kredit, perlu dilampirkan hal-hal sebagai berikut :
1) Akta Pendirian Perusahaan dan KTP
2) Izin Usaha/SIUP, Izin Industri
3) NPWP
4) Neraca dan perincian Rugi-Laba dan laporan aktivitas usaha
5) Proposal usaha
Selanjutnya unsur lain yang juga dinilai oleh pihak Bank adalah laporan keuangan periode yang lalu, bila usaha yang dilakukan wirausah sudah berjalan. Laporan keuangan pada dasarnya mencerminkan keberhasilan dan prospek sebuah usaha. Penjualan, promosi, pengeluaran, perputaran dan laba bersih terbaca pada laporan rugi laba sebuah perusahaan.
Selain itu, hutang perusahaan juga merupakan unsur yang diperhatikan pihak Bank. Seberapa besar hutang di periode yang lalu, fluktuasi hutang, kelancaran hutang adalah pertanyaan yang kerap dilakukan oleh pihak Bank.
Ada beberapa kategori pinjaman. Sebelum melakukan pinjaman, wirausaha harus tahu untuk apa dana pinjaman tersebut diperlukan. adapun jenis-jenis pinjaman adalah sebagai berikut :
1) Hutang dagang, sebenarnya hutang dagang tidak termasuk pinjaman. Hutang dagang adalah pembelian barang yang dilakukan secara kredit. Pada sisi lain, kelancaran melakukan pembayaran kredit merupakan cermin kemampuan membayar pinjaman
2) Hutang jangka pendek, pinjaman yang dilakukan untuk pembelian barang tertentu dengan alas an tertentu. Hutang jangka pendek seharusnya digunakan untuk bidang yang menghasilkan laba dan harus dibayar kembali dari penjualan.
3) Hutang jangka panjang, merupakan pinjaman dengan jangka waktu lebih dari satu tahundan biasanya dipakai untuk melakukan perluasan atau modernisasi usaha. Hutang jangka panjang dibayar dari laba terakumulasi (retained earning)
c. Dana Ekuitas
Dana ekuitas adalah alternatif lain bagi wirausaha dalam rangka memperoleh tambahan dana. Dana ekuitas adalah penjualan saham perusahaan. Bila dibandingkan dengan pinjaman, ada beberapa kelebihan dan kelemahan dana ekuitas.
Kelebihan dana ekuitas antara lain sebagai berikut :
1) Tidak mensyaratkan pembayaran kembali atas uang yang diperoleh.
2) Meningkatkan reputasi perusahaan. Perusahaan yang mampu menjual sahamnya adalah perusahaan yang bonafide, dalam artian dipercaya masyarakat sehingga masyarakat mau membeli sahamnya.
Kelemahan dana ekuitas antara lain sebagai berikut :
1). Memperpanjang waktu pengambilan keputusan, karena harus dilakukan Rapat Umum Pemegang Saham terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan keputusan.
2) Berkurangnya rahasia perusahaan karena secara berkala harus mengumunkan laporan keuangannya kepada pemegang saham. Di samping itu para pemegang saham tahu permasalahan yang dihadapi perusahaan.
d. Perusahaan Modal Ventura
cara lain untuk memperoleh tambahan modal adalah dengan bekerja sama dengan perusahaan modal ventura. Kerja sama dengan perusahaan modal ventura berbentuk bagi hasil. Artinya, perusahaan modal ventura melengkapi kebutuhan dana wirausaha. Sebagai konpensasinya perusahaan modal ventura memperoleh keuntungan yang besarnya tergantung kesepakatan. Seperti halnya melakukan pinjaman ke Bank, untuk bekerja sama dengan perusahaan modal ventura, wirausaha perlu membuat proposal atau rencana bisnis untuk diajukan.
PENGERTIAN KREDIT
2.1. Kredit
Dewasa ini kegiatan transaksi kredit sukar untuk di hindari oleh para pelaku bisnis. Para pelaku bisnis tersebut melakukan transaksi kredit dengan beberapa alas an dan tujuan. Alasan dan tujuan tersebut akan berbeda diantara pihak-pihak pelaku transaksi kredit yang bersangkutan. Adapun pihak yang berkepentingan dalam transaksi kredit yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima keredit (debitur).
Perusahaan dagang memberikan kredit dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan dan mengimbangi pesaing. Lembaga perbankan atau yang sejenis memberikan kredit dengan tujuan untuk memperoleh bunga dari pokok pinjamannya. Sedangkan pihak debitur atau pelanggan melakukan transaksi kredit dengan alasan tidak mempunyai kas yang cukup untuk membeli dan membayar suatu produk atau terpaksa meminjam sejumlah uang untuk modal dan diharapkan dengan modal pinjaman tersebut diperoleh suatu penghasilan yang nantinya dapat mengembalikan pinjamannya tersebut serta memperoleh nilai lebih atau keuntungan.
2.1.1. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “credere” atau “credo” yang berarti kepercayaan (trust atau faith). Oleh karena itu dasar dari kegiatan pemberian kredit dari yang memberikan kredit kepada yang menerima kredit adalah kepercayaan.
Transaksi kredit timbul karena suatu pihak meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang dipersamakan dengan itu, di mana pihak peminjam wajib melunasi hutangnya atau rekeningnya tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Disamping itu kredit pun timbul sebagai akibat adanya transaksi jual beli, dimana pembayarannya ditangguhkan, baik sebagian maupun seluruhnya.
Adapun pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
Sedangkan pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1964;154) :
“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45) :
“Kredit adalah suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain. Atau juga memberi pinjaman pada orang lain dengan harapan akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa bunga sebagai pendapatan bagi pihak yang bersangkutan”.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian diatas dapat diketahui bahwa transaksi kredit timbul sebagai akibat suatu pihak meminjam kepada pihak lain, baik itu berupa uang, barang dan sebagainya yang dapat menimbulkan tagihan bagi kreditur. Hal lain yang dapat menimbulkan transaksi kredit yaitu berupa kegiatan jual beli dimana pembayarannya akan ditangguhkan dalam suatu jangka waktu tertentu baik sebagian maupun seluruhnya. Kegiatan transaksi kredit tersebut diatas akan mendatangkan piutang atau tagihan bagi kreditur serta mendatangkan kewajiban untuk membayar bagi debitur.
2.1.2. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur yang terdapat pada transaksi kredit menurut Thomas Suyatno, dkk. (1991;12) antara lain :
1. Kepercayaan
2. Waktu
3. Degree of Risk
4. Prestasi
ad.1. Kepercayaan
Keyakinan si kreditur kepada si debitur, bahwa si debitur akan mengembalikan prestasi, baik itu berupa barang, jasa atau pun uang dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Si debitur hendaknya dapat menjaga kepercayaan yang telah di berikan oleh kreditur dengan dapat memenuhi kewajibannya.
ad.2. Waktu
Suatu masa atau waktu yang akan memisahkan antar pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dimasa yang akan datang. Dengan kata lain berupa jangka waktu pengembaliann kredit, dari mulai penyerahan prestasi dari kreditur sampai dengan kembalinya prestasi tersebut kepada kreditur.
ad.3. Degree of Risk
Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi dimasa yang akan datang.
ad.4. Prestasi
Prestasi yang diberikan dalam melakukan kegiatan kredit, bisa berupa barang, uang atau pun jasa serta segala sesuatu yang dapat mengakibatkan timbulnya transaksi kredit dan mendatangkan piutang atau tagihan bagi kreditur.
2.1.3. Fungsi Kredit
Adapun fungsi transaksi kredit dalam kehidupan perekonomian menurut Muchdarsyah Sinungan (1991;5) adalah sebagai berikut:
1. Kredit dapat meningkatkan utilitas (kegunaan) dari uang.
2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
4. Kredit sebagai salah satu alat pengendali stabilitas moneter.
5. Kredit sebagai sarana peningkatan pendapatan nasional.
ad.1. Kredit dapat meningkatkan utilitas (kegunaan) dari uang.
Keberadaan uang atau modal yang disimpan oleh para pemilik uang atau modal pada suatu lembaga keuangan (bank) atau sejenisnya, akan disalurkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada sektor-sektor usaha produktif. Hal ini akan meningkatkan kegunaan uang tersebut, yang tadinya sebagai simpanan (tabungan dan deposito), kini dapat dijadikan modal untuk melaksanakan suatu usaha atau proyek.
ad.2. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Melalui kredit, peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan mobilitas usaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
ad.3. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
Dengan adanya kredit, pihak peminjam atau yang diberi kredit akan bekerja semaksimal mungkin agar dari usaha yang dijalaninya dihasilkan keuntungan yang besar sehingga dapat melunasi kredit tersebut.
ad.4. Kredit sebagai salah satu alat pengendali stabilitas moneter.
Kebijakan kredit bisa digunakan untuk menekan laju inflasi, yaitu dengan menyalurkan kredit hanya pada sektor-sektor usaha yang produktif dan sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat.
ad.5. Kredit sebagai sarana peningkatan pendapatan nasional.
Dengan banyaknya pengusaha baik dari industri skala kecil maupun besar yang mendapatkan fasilitas kredit, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan secara nasional diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan nasional.
2.1.4. Klasifikasi Kredit
Keberadaan kredit menurut Muchdarsyah Sinungan (1991;17) dapat digolongkan menurut beberapa klafikasi, antara lain :
1. Menurut jangka waktunya
2. Menurut jaminannya
3. Menurut tujuannya
4. Menurut penggunaannya.
ad.1. Menurut jangka waktunya
Menurut jangka waktunya kredit dapat digolongkan ke dalam beberapa klasifikasi, antara lain :
a. Kredit Jangka Pendek ( Short-term loan )
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan, termasuk didalamnya berupa kredit modal kerja. Kredit jangka pendek dapat di urutkan dalam tiga kelompok, antara lain : (1)Kredit dagang (trade credit) antar perusahaan, (2)Pinjaman dari suatu perusahaan dagang, (3)Surat dagang.
b. Kredit jangka menengah (Medium-term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja, misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi.
c. Kredit jangka panjang (Long-term loan)
Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi untuk membiayai suatu proyek dan perluasan usaha.
ad.2. Menurut jaminannya
Menurut jaminannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kredit dengan jaminan (Secured Loan)
Yaitu kredit yang disertai penyerahan barang jaminan oleh nasabah. Jenis barang jaminan tersebut sangat tergantung pada jenis kredit yang diberikan. Misalnya kredit komersial untuk modal kerja, jaminannya dapat berupa persediaan. Kredit untuk pembelian mobil atau motor, jaminannya BPKB mobil atau motor tersebut.
b. Kredit tanpa jaminan (Unsecured Loan)
Yaitu kredit yang tidak disertai penyerahan barang jaminan dari nasabah. Jenis kredit ini tidak menggunakan jaminan dalam bentuk fisik, tetapi dalam bentuk bonafiditas dan prospek usaha nasabah yang bersangkutan. Pemberian kredit tanpa jaminan ini dilakukan sepanjang prinsip-prinsip penilaian kredit lainnya telah terpenuhi menurut analisis kredit.
ad.3. Menurut tujuannya
Menurut tujuannya kredit dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kredit Komersial (Commercial Loan)
Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. Kredit komersial antara lain meliputi kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain-lain.
b. Kredit Konsumtif (Consumer Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Misalnya untuk membeli properti (rumah), mobil atau motor, barang elektronik dan berbagai barang konsumsi lainnya.
c. Kredit Produktif (Productive Loan)
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat meemperlancar produksi. Misalnya kredit untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran, biaya distribusi dan lain-lain.
ad.4. Menurut penggunaaannya
Menurut penggunaannya kredit dapat digolongkan menjadi :
a. Kredit modal kerja
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk menambah modal kerja debitur, meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan lain-lain.
b. Kredit investasi
Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan untuk digunakan dalam melakukan investasi melalui pembelian barang-barang modal.
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Setiap jenis kegiatan usaha yang berbeda mempunyai jenis biaya yang berbeda pula. Sabagai contoh dalam kegiatan usaha bidang produksi barang terdiri dari biaya produksi di tingkat pabrik (seperti bahan baku, tenaga kerja, biaya over head), biaya over head administrasi (seperti ; gaji, asuransi, alat tulis, telepon), biaya pemasaran, penyusutan dan bunga. Perhatikan bahwa di mana menentukan biaya usaha tersebut selalu didasarkan pada perkiraan keutuhan fisik kemudian dinilai dengan harga tertentu. Oleh karena itu setelah jumlah fisik diketahui dengan baik maka selanjutnya perlu kehati-hatian dalam menentukan harga masing-masing komponen tersebut.
Untuk mempermudah analisis biasanya biaya usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, bahkan biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun tidak memproduksi. Contoh biaya tetap antara lain : gaji staf atau karyawan, biaya listrik, telepon, pajak, sewa lahan, biaya pemeliharaan alat, dan sebagainya. Biaya variable adalah biaya usaha yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya produksi, dan jika tidak berproduksi maka biaya variable tidak dikeluarkan. Contoh biaya variable antara lain; biaya bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, upah harian, dan sebagainya. Dalam prakteknya pengelompokkan biaya tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang ada komponen input tertentu dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis biaya tersebut, atau tidak secara jelas masuk ke dalam salah satu kelompok.
Membuat perencanaan biaya dilakukan dengan menyusun anggaran belanja perusahaan untuk periode tertentu dengan skala prioritas sekaligus merencanakan sumber-sumber pembiayaan atau dana yang diperlukan. hal-hal yang diperlukan untuk menyusun anggaran adalah :
a. Rincian harta tetap, misalnya tanah, peralatan dan bangunan yang akan kita butuhkan dalam menjalankan suatu usaha dari mana diperoleh dan berapa harganya.
b. Berapa dana yang kita butuhkan untuk modal kerja, yaitu modal untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Atau kalau kita bergerak dalam bidang perdagangan, yaitu dana yang kita butuhkan untuk membeli dari pemasok. Termasuk di dalamnya gaji pegawai, sewa tempat serta biaya lainnya.
c. Berapa total biaya yang kita butuhkan untuk dapat menjalankan usaha yang akan kita kelola.
d. Dari mana kita memperoleh dana yang kita butuhkan tersebut.
Biaya sebagai perilaku biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap atau fixed cost adalah pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang dimana dsalam periode yang berlainan nilai pengorbanan itu jumlahnya tetap.
Contoh dari biaya ini antara lain adalah gaji pimpinan yang dibayar bulanan serta penyusutan aktiva tetap. Sedang biaya sebagai jenis biaya terdiri dari ;
a. Biaya langsung adalah pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang dimana pengorbanan tersebut langsung berhubungan dengan produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh dari biaya ini antara lain pembelian bahan baku/mentah untuk dijadikan barang jadi.
b. Biaya tidak langsung adalah pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang dimana pengorbanan tersebut tidak berhubungan langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh dari biaya tidak langsung adalah pembelian bahan bakar untuk keperluan industri.
c. Biaya administrasi dan umum adalah pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang dimana pengorbanan itu digunakan untuk kegiatan administrasi perusahaan serta untuk kepentingan seluruh perusahaan. Contoh dari biaya ini antara lain, pembelian alat-alat tulis kantor dan gaji pimpinan perusahaan.
d. Biaya penjualan adalah pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang dimana pengorbanan itu digunakan dalam rangka melakukan kegiatan penjualan produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh dari biaya ini antara lain biaya iklan, gaji karyawan yang melaksanakan penjualan.
PROYEKSI ARUS KAS
Analisis arus kas (cash flow) adalah laporan yang disusun guna menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang kas selama satu periode. Pengeluaran uang kas suatu perusahaan dapat bertambah terus, misalnya untuk pengeluaran pembelian bahan mentah, pembayaran gajki, upah, honor, dan lain sebagainya.
Akan tetapi ada juga aliran uang kas yang sifatnya tidak terus menerus (Cash outflow), contohnya untuk pembayaran pajak pendapatan, angsuran hutang, dividen, bunga dan lain sebagainya. Dengan perkataan lainnya, setiap usulan pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran kas (Cash flow) yaitu :
a. Aliran uang kas neto (net outflow of cash)
Net outflow of cash adalah dana yang diperlukan untuk investasi baru
b. Aliran uang kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash)
Net annual inflow of cash adalah sebagai hasil dari investasi
Apabila dana perusahaan tinggi, berarti akan memberi gambaran tingkat likuiditas yang tinggi pula, tetapi akan memberikan suatu gambaran rendahnya Cash flow dan menggambarkan perusahaan kurang efektif di dalam menggunakan uang kas. Agar uang kas jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka dana dalam kas perlu direncanakan dan dikendalikan, baik penerimaannya maupun pengeluarannya. Di dalam menyusun proyeksi aliran uang kas (Cash flow), setiap perusahaan terlebih dahulu harus menyiapkan data-datanya, yaitu :
1. jumlah dana yang diperlukan, baik dari modal sendiri maupun dari modal luar (modal asing)
2. proyeksi pendapatan / penjualan yang disusun dengan rencana penjualan
3. rencana produksi dan skedul produksi yang disusun berdasarkan rencana penjualan
4. proyeksi biaya produksi yang dapat dikelompokkan menurut biaya produksi, yaitu :
ˉ biaya bahan langsung
ˉ biaya upah langsung
ˉ biaya tidak langsung overhead pabrik
Dalam proyeksi bahan langsung dapat dibuatkan skedul kebutuhan dan pembelian bahan-bahan dengan memperhatikan :
ˉ banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi barang
ˉ persediaan bahan pada awal periode
ˉ persediaan bahan pada akhir periode
5. proyeksi biaya operasi selama periode proyek yang meliputi :
- proyeksi biaya penjualan
- proyeksi biaya administrasi dan umum
6. Dengan berdasarkan data-data yang telah disusun, perlu memperhatikan :
ˉ saldo kas minimum
ˉ pola pembiayaan hutang
ˉ pola penagihan piutang yang berasal dari penjualan kredit biaya-biaya non Cash, misalnya biaya penyusutan dan lain sebagainya.
TITIK PULANG POKOK (TPP / BEP)
Pada tahap perencanaan salah satu hal yang penting harus dilakukan adalah menentukan titik pulang pokok. Titik pulang pokok atau yang lebih dikenal dengan istilah Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu belum memperoleh keuntungan tetapi tidak menderita kerugian. Dengan kata lain jumlah hasil penjualan sama besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Mengingat tujuan berusaha adalah ingin memperoleh keuntungan, sehingga berarti pengusaha harus menghasilkan atau menjual lebih besar dari pada titik pulang pokok. Dengan demikian akan timbul persoalan, mampukan menghasilkan atau menjual lebih besar dari BEP. Sebaliknya apabila tidak mampu menghasilkan lebih besar dari BEP, cara yang lebih baik apabila usaha itu tidak diteruskan.
Tujuan sebuah perusahaan adalah memperoleh laba. Oleh karena itu semua kegiatan usaha diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Memperoleh laba dapat dilakukan dari sisi pendapatan, sisi pengeluaran, maupun kombinasi keduanya. Dari sisi pengeluaran, laba dapat dihasilkan dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Dari sisi penerimaan, laba dapat dihasilkan dengan memaksimalkan penjualan. Yang paling optimal adalah mengkombinasikan keduanya, yaitu meminimalkan biaya dari satu sisi dan memaksimalkan penjualan dari sisi lain.
Adapun kegunaan dari break even point adalah :
a. Sebagai pedoman untuk menentukan volume produksi dan penjualan
b. Sebagai pedoman untuk mengendalikan operasi kegiatan usaha.
c. Sebagai pedoman untuk merencanakan tingkat laba yang diharapkan.
Cara lain untuk menghitung TPP / BEP dengan cara Trial and Error yaitu : dilakukan dengan coba-cobayaitu dengan menghitung keuntungan neto dari suatu volume produksi/penjualan barang tertentu. Agar lebih jelas, di bawah ini diberikan contoh perhitungannya.
Soal :
Diketahui :
- volume produksi 10.000 unit
- biaya tetap Rp 400.000,00
- biaya tidak tetap Rp 50,00
- harga jual produk per unitnya Rp 100,00
Ditanyakan :
Keuntungan produk netonya ?
Jawabannya;
(10.000 x Rp 100,00) – (Rp 400.000,00 + (10.000 x Rp 50,00)
Rp 1.000.000,00 – (Rp 400.000,00 + Rp 500.000,00)
Rp 1.000.000,00 – Rp 900.000,00 = Rp 100.000,00
Perusahaan disini memperoleh keuntungan sebesar Rp 100.000,00.
Jika volume produksi sebanyak 8.000 unit, bagaimana break even point-nya ?
Jawab ;
(8.000 x Rp 100,00) – (Rp 400.000,00 + (8.000 x Rp 50,00)
Rp 800.000,00 – (Rp 400.000,00 + 400.000,00)
Rp 800.000,00 – Rp 800.000,00 = Rp 0 (nol)
Disini ternyata bahwa dengan volume produksi / penjualan 8.000 unit , maka break even point-nya dimana netonya sama dengan 0 (nol).
Contoh lain perhitungan dengan perhitungan aljabar dilakukan atas dasar volume unit produksi yang dibuat perusahaan. Rumusnya yaitu :
BEP = PC
P - V
(Q)
Keterangan :
P = harga jual per unit
V = biaya variable per unit
PC = biaya tetap
Q = jumlah unit (kuantitas) produk yang diharapkan dan dijual
Soal
Diketahui
- Volume produksi 8.000 unit
- Biaya tetap Rp 400.000,00
- Biaya tidak tetap Rp 50,00
- Harga jual produk per unitnya Rp 100,00
Ditanyakan :
Break even pointnya ? perusahaan harus memproduksi berapa unit ?
Jawabannya :
BEP = Rp 400.000,00
Rp 100,00 – Rp 50,00
= 8.000 unit
Agar supaya break even pointnya 0 (nol), maka produksi perusahaan harus laku terjual sebanyak 8.000 unit atau harus memproduksi 8.000 unit. Jadi hasil dari perhitungan BEP haruslah tepat sama besarnya dengan biaya total.
Laba merupakan selisih antara penerimaan dan biaya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
……………………………….(1)
Keterangan : P = Laba / Rugi (profit)
TR = Total penerimaan (pendapatan)/ Total revenue
TC = Total biaya (Total cost)
Bila TR > TC, maka perusahaan memperoleh keuntungan
Bila TR < TC, maka perusahaan mengalami kerugian
Bila TR = TC, maka perusahaan tidak memperoleh untungatau tidak mengalami kerugian.kondisi ini disebut kondisi titik impas/pulang pokok/break event point.
Penerimaan diperoleh dari total penjualan, yaitu total barang yang dijual dikalikan dengan harganya,
……………………………. (2)
Keterangan : SP = Harga per unit (Selling price)
Q = Jumlah barang terjual/yang diproduksi
Total biaya diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya, biaya tetap dan biaya variable yang dikeluarkan perusahaan.
……………………………...(3)
Keterangan : FC = Total biaya tetap (Fixed Costs)
VC = Total biaya Variabel (Variabel Costs)
vc = Biaya variable per unit
Q = Jumlah barang yang diproduksi
Contoh :
a. Harga jual per unit = Rp 75,00
TR = 75 Q
b. Biaya tetap per periode = Rp 300.000,00
Biaya variable per unit = Rp 25,00
TC = 300.000,00 + 25,00
c. QBEP = 300.000,00
75 – 25
= 300.000,00
50
= 6.000 unit
d. Pada produksi 6.000 unit
P = TR – TC
= 75 x 6.000 – (300.000 + 25 x 6.000)
= 450.000 – 300.000 – 150.000
= 0
Jadi laba = Rp 0,00
Catatan : Jika perusahaan mengalami kondisi tidak untung ataupun tidak rugi, maka perusahaan berada dalam kondisi pulang pokok atau Break Event Point
Dari persamaan penerimaan (2) dan persamaan biaya (3) di atas, maka dapat dihitung jumlah produksi dimana perusahaan berada dalam kondisi titik impas (4).
Kondisi titikp impas (2) dan (3) ; TR = TC
……………………….. (4)
LABA RUGI
Pernyataan laba rugi suatu perusahan menyatakan keadaan penerimaan, biaya, dan laba rugi perusahaan dalam satu periode tertentu. Karena itu setelah mengetahui sisi biaya usaha, maka untuk menghitung laba rugi perlu mengetahui sisi penerimaan usaha. Penerimaan usaha pada dasarnya adalah segala manfaat finansial yang diterima perusahaan. Penerimaan ini dapat berasal dari hasil kegiatan usaha utama perusahaan ataupun dari hasil sampingan. Penerimaan yang berasal dari hasil kegiatan utama perusahaan sering disebut penerimaan operasional. Sedangkan hasil sampingan sering disebut penerimaan non operasional. Penerimaan operasional diperoleh perusahaan dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut jenisnya sangat beragam tergantung pada jenis usaha yang dilakukan. Penerimaan non operasional diantaranya dari penerimaan bunga bank atas simpanan uang di bank, penerimaan menyewakan alat atau kendaraan, subsidi pemerintah atau bonus. Penerimaan usaha yang wajar seharusnya sebagian besar berasal dari penerimaan operasional. Dalam studi kelayakan usaha perlu juga dikaji keadaan laba rugi perusahaan dalam beberapa tahun.
Laporan Laba/Rugi perusahaan adalah suatu laporan yang menunjukkan tentang pendapatan, biaya dan laba/rugi suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan perhitungan laba/rugi perlu disusun secarta sistematis dan logis. Di dalam menyusun laba/rugi perusahaan dasarnya adalah :
1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh perusahaan. Dalam hal ini dapat dilihat dari harga pokok barang/jasa yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya usaha yang terdiri dari biaya penjualan, biaya administrasi, dan biaya umum.
3. Bagian ketiga adalah hasil lain-lain dan beban lainnya yang tidak berasal dari usaha pokok perusahaan. Misalnya biaya bunga, pendapatan sewa dan lain sebaginya.
4. bagian keempat menunjukkan laba / rugi insidentil, sehingga akan diperoleh laba/rugi bersih sebelum pajak penghasilan. Misalnya laba penjualan aktiva tetap, surat berharga dan lain-lain.
Bentuk laporan Laba / Rugi
Bentuk laporan Laba / Rugi perusahaan pada umumnya menggunakan:
1. Bentuk Single Step
PT RIZEVA
Laporan Perhitungan Laba-Rugi
Untuk Tahun 2004
Penghasilan dari usaha pokok Rp xxxx
Penghasilan non operating Rp xxxx
Penghasilan insidentil Rp xxxx
Total Penghasilan Rp xxxx
Harga pokok barang yang dijual Rp xxxx
Biaya operasional Rp xxxx
Biaya non operasional Rp xxxx
Kerugian insidentil Rp xxxx (+)
Total Biaya Rp xxxx (-)
Laba bersih sebelum PPh Rp xxxx
Pajak Penghasilan Rp xxxx (-)
Laba bersih setelah Pajak Penghasilan Rp xxxx
2. Bentuk Multiple Step
PT RIZEVA
Laporan Perhitungan Laba-Rugi
Untuk Tahun 2004
Penjualan Rp xxxx
Harga pokok penjualan Rp xxxx
Laba kotor Rp xxxx
Biaya-biaya Usaha :
- Biaya Penjualan Rp xxxx
- Biaya administrasi dan umum Rp xxxx (+)
Rp xxxx (-)
Laba Usaha Rp xxxx
Penghasilan dan Beban Lain :
- Penghasilan lain Rp xxxx
- Beban lain Rp xxxx (+)
Rp xxxx +/-
Jumlah Rp xxxx
Laba / Rugi Insidentil Rp xxxx +/-
Laba bersih sebelum PPh Rp xxxx
Pajak Penghasilan Tahun 2003 Rp xxxx (-)
Laba bersih setelah PPh Rp xxxx
Laporan Perubahan Modal/Laporan Laba Yang Ditahan
Laporan laba yang ditahan adalah merupakan salah satu dari laporan perubahan posisi keuangan yang berasal dari kegiatan usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menyusun laba yang ditahan menyangkut Laba/Rugi Insidentil. Laba/Rugi, pencatatannya dapat dilakukan, sebagai berikut :
1. Bentuk Clean Surplus Principle
PT RIZEVA
Laporan Laba Yang Ditahan Tahun 2004
Laba ditahan, 31 Desember 2003 Rp xxxx
Laba bersih tahun 2003 Rp xxxx
Deviden Saham Rp xxxx
Deviden tunai Rp xxxx
Deviden dibagikan ( Rp xxxx )
Sisa laba sesudah dibagikan deviden Rp xxxx
Laba ditahan, 31 Desember 2003 Rp xxxx
2. Bentuk Non Clean Surplus Principle
PT RIZEVA
Laporan Laba Yang Ditahan Tahun 2004
Saldo ditahan, 31 Desember 2003 Rp xxxx
Net Income tahun 2004 Rp xxxx
Laba dari penjualan mesin Rp xxxx
Koreksi Cadangan Penyusutan Rp xxxx (+)
Rp xxxx (+)
Laba ditahan setelah dikoreksi Rp xxxx
Deviden Rp xxxx
Rugi karena kebakaran Rp xxxx
Rugi karena penjualan efek Rp xxxx (+)
Rp xxxx (-)
Saldo ditahan, 31 Desember 2004 Rp xxxx
NET PRESENT VALUE (NPV) DAN INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
Pada umumnya jumlah usul-usul investasi yang diajukan di dalam perusahaan lebih banyak daripada besarnya dana yang tersedia untuk dapat membelanjainya. Berhubung dengan itu maka perlu diadakan penilaian terhadap usul-usul investasi yang diajukan, untuk kemudian diadakan “ranking” atas dasar suatu kriteria tertentu. Pada akhirnya berdasarkan ukuran yang ditetapkan oleh perusahaan dapatlah dipilih usul-usul proyek mana yang dapat diterima., mana yang ditolak, dan mana yang ditunda pelaksanaannya.
Ada berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada aliran kas (cash flow) dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku. Yaitu bahwa untuk dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Kita mengetahui bahwa keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas, sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan ayng dilaporkan dalam buku.
Setiap usul pengeluaran modal (capital axpenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas (cash flow) yaitu :
1. aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu yang diperlukan untuk investasi baru, dan
2. aliran kas masuk neto tahunan (net aanual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “net cash proceeds” atau cukup dengan istilah “proceeds”
ada berbagai metode penilian proyek investasi atau metode untuk menyusun “ranking” usul-usul investasi. 4 (empat) metode penilaian usul-usul investasi, yaitu :
1. Payback period
2. Net present value
3. Internal rate of return. (yield method)
4. Accounting rate of return
Tiga metode yang pertama mendasarkan diri pada aliran kas (cash flow) atau “proceeds”, sedangkan metode yang terakhir menggunakan keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income) sebagai dasar perhitungannya.
Keempat metode penilaian usul investasi tersebut akan diuraikan masing-masing secara tersendiri, dan pertama-tama akan dimulai dengan uraian tentang metode “Payback period”
a. Payback period (periode payback)
Payback period (periode payback) adalah suatu metode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan “proceeds” atau aliran kas neto (net cash flow). Dengan demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukanagar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan.
Contoh soal :
Jumlah investasi Rp 45.000,00
Jumlah proceeds tahunan Rp 22.500,00
Payback period Rp 45.000,00 x 1 tahun = 2 tahun
Rp 22.500,00
Ini berarti bahwa dana yang tertanam dalam aktiva tersebut sebesar Rp 45.000,00 sudah akan dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam waktu 2 (dua) tahun. Sesudah payback dapat dihitung, maka tahap berikutnya adalah membandingkan payback period dari investasi yang diusulkan itu dengan “maksimum payback period” yang dapat diterima. Apabila payback period dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada payback period maksimum, maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya apabila payback periodnya lebih panjang daripada payback period maksimum, maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini didasarkan pada pertimbangan tentang pentingnya dipertahankannya likuiditas perusahaan. Juga konsep ini sejauh mungkin mengurangi unsure ketidakpastian yang ada pada investasi. Hal ini disebabkan karena semakin pendek usia suatuinvestasi, semakin kecil resiko ketidakpastian yang mungkin ditimbulkannya. Dalam contoh tersebut di atas apabilaperusahaan telah menetapkan payback period maksimum 3 tahun, maka usul investasi penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima.
Metode payback ini karena sederhananya dan karena sangat mudah perhitungannya, metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan prinsipiil sebagai berikut :
1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh karenanya criteria ini bukan alat pengukur”profitability”, tetapi alat pengukur “rapidity” kembalinya dana.
2. Metode ini juga mengabaikan “time value of money” (nilai waktu dari uang)
b. Metode Present Value
Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari metode payback period, maka dicarilah metode-metode lain. Salah satu metode tersebut adalah apa yang disebut metode ‘Net Present Value’ atau sering hanya disebut metode “Present Value”.
Oleh karena metode ini memperhatikan “time value of money” maka proceeds ayng digunakan dalam menghitung Net Present Value (NPV) adalah proceeds atau “cash flow” yang didiskontokan atas dasar biaya modal (Cost of Capital) atau “rate of return” yang diinginkan. Dalam metode ini pertama-tama yamg dihitung adalah nilai sekarang (present value). Kemudian jumlah “present value” (PV) dari keseluruhan proceeds selama usianya dikurangi dengan Present Value dari jumlah investasinya (initial invesment). Selisih antara PV dari keseluruhan proceeds dengan Present Value dari pengeluaran modal (“capital outlay” atau “initial invesment”) dinamakan “nilai sekarang neto” (Net Present Value / NPV). Apabila jumlahnya Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan lebih besar dari pada Present Value dari investasinya maka usul investasi dapat diterima. Sebaliknya kalau jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds lebih kecil daripada Present Value dari investasinya yang ini berarti bahwa Net Present Value-nya negatifmaka usul investasi tersebut seharusnya ditolak.
c. Metode “Internal rate of return”. (Yield Method)
Metode penilaian usul-usul investasi lain yang menggunakan “discounted cash flow” adalah apa yang disebut metode “internal rate of return”. Pengertian “internal rate of return” itu sendiri dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (Present Vlue of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (Present Value of capital outlays). Pada dasarnya “internal rate of return” harus dicari dengan cara “trial and error” dengan serba coba-coba.
d. Metode “Accounting rate of return”
Metode “Accounting rate of return” atau sering juga disebut “Average rate of return” menunjukkan presentase keuntungan neto sesudah pajak dihitung dari “Initial invesment”. Metode “Accounting rate of return” ini mendasarkan diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income). Kebaikan dari metode ini adalah pada kesederhnaannya dan mudah dimengerti. Metode ini dalam perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia, sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Sesudah Accounting rate of return ini dihitung, tahap berikutnya ialah mencocokannya dengan “minimum accounting rate of return” yang dianggap wajar oleh perusahaan. Apabila accounting rate of return ini lebih besar daripada “minimum accounting rate of return” maka usul investasi tersebut dapat diterima, sebaliknya jika lebih kecil, seharusnya usul investasi tersebut ditolak.
Sebagai kelemahan dari metode ini dapat disebut sebagai berikut :
1. Tidak memperhatikan “time value of money”.
2. menitik beratkan pada masalah accounting, dan kurang memperhatikan data cash flow dari investasi yang bersangkutan.
3. merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka raata-raata yang menyesatkan.
4. Kurang memperhatikan panjangnya jangka waktu investasi.
Kalau kita harus memilih salah satu dari beberapa usul investasi dengan menggunakan metode ini, maka kita akan memilih memilih usul investasi yang dapat menghasilkan “Accounting rate of return” yang paling besar.
Rangkuman
Pihak pemberi modal atau dana yang utama dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu : 1) Supplier, 2) Bank, 3) Dana Ekuitas
Dalam dunia perbankan kita mengenal adanya pedoman “3 R” dan “5 C” dalam pemberian kredit di samping syarat-syarat kredit. pedoman “3 R” yaitu ; return, repayment capacity dan risk bearing ability. Adapun pedoman “5 C” yaitu ; character, capacity, capital, collateral dan conditions.
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi
Biaya variable adalah biaya usaha yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya produksi
Analisis arus kas (cash flow) adalah laporan yang disusun guna menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang kas selama satu periode
Titik pulang pokok atau yang lebih dikenal dengan istilah Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana pada tingkat penjualan tertentu belum memperoleh keuntungan tetapi tidak menderita kerugian.
Kegunaan dari break even point adalah :
Sebagai pedoman untuk menentukan volume produksi dan penjualan
Sebagai pedoman untuk mengendalikan operasi kegiatan usaha.
Sebagai pedoman untuk merencanakan tingkat laba yang diharapkan.
Penerimaan yang berasal dari hasil kegiatan utama perusahaan sering disebut penerimaan operasional. Dihasilkan dari penjualan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan.
Hasil sampingan sering disebut penerimaan non operasional. Hasil sampinan diantaranya; bunga bank atas simpanan uang di bank, penerimaan menyewakan alat atau kendaraan, subsidi pemerintah atau bonus. Penerimaan usaha yang wajar seharusnya sebagian besar berasal dari penerimaan operasional.
Setiap usul pengeluaran modal (capital axpenditure) selalu mengandung dua macam aliran kas (cash flow) yaitu :
ˉ aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu yang diperlukan untuk investasi baru, dan
ˉ aliran kas masuk neto tahunan (net anual inflow of cash) yaitu sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut “net cash proceeds” atau cukup dengan istilah “proceeds
4 (empat) metode penilaian usul-usul investasi, yaitu :
ˉ Payback period
ˉ Net present value
ˉ Internal rate of return. (yield method)
ˉ Accounting rate of return
Tes Formatif 5
Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e !
1. Salah satu pihak pemberi modal yang utama yaitu ….
a. danamon d danareksa
b. dana ekuitas e. dan sukarela
c. dana simpan pinjam
2. Pada dasarnya pihak utama pemberi dana dapat digolongkan menjadi ….
a. 2 golongan d 5 golongan
b. 3 golongan e 6 golongan
c. 4 golongan
3. Memberi pinjaman dana berupa penjualan barang secara kredit disebut ….
a. suplir d survice
b. supplier e surlirp
c. survive
4. Hasil pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya disebut ….
a. return d capacity
b. repayment capacity e character
c. risk bearing abality
5. Di bawah ini pedoman penilaian penggunaan kredit oleh Bank, kecuali ….
a. character d convition
b. capacity e collateral
c. capital
6. Dalam rangka penambahan pinjaman modal yang berupa penjualan saham adalah ….
a. bank d pasar modal
b. bursa saham e dana ekuitas
c. supplier
7. Jika bekerja sama dengan perusahaan modal ventura maka keuntungannya dengan cara ….
a. konsinyasi d bunga kecil
b. bagi hasil e. modal dibagi dua
c. bunga berjangka
8. Biaya yang dikeluarka perusahaan untuk beroperasi adalah ….
a. biaya usaha d biaya langsung
b. biaya variabel e cash flow
c. capital cost
9. Yang termasuk dalam unsur biaya tetap diantaranya ….
a. sewa gedung
b. biaya transportasi
c. pembelian bahan baku
d. biaya operasional
e. biaya angkutan
10. Unsur lain yang dinilai oleh pihak bank dalam memberi pinjaman yaitu ….
a. laporan kegiatan usaha
b. laporan keuangan periode yang lalu
c. laporan karyawan
d. tenaga potensial / professional para karyawan
e. sumber perolehan dana
11. Di bawah ini adalah salah satu dari kegunaan Break Even Point ….
a. pedoman pelaksanaan usaha
b. pedoman mengendalikan operasi kegiatan usaha
c. pedoman karyawan untuk bekerja
d. peraturan perusahaan
e. rentabilitas ekonomi
12. Perhitungan Titik Pulang Pokok dengan cara trial and error yaitu ….
a. perhitungan undian
b. menghitung keuntungan neto dari suatu volume produksi barang tertentu
c. perhitungan dengan memakai rumus aljabar
d. perhitungan dengan memakai rumus matematik
e. menghitung keuntungan kotor / brutto dari barang tertentu.
13. Salah Satu perencanaan keuntungan yang dituangkan dalam proyeksi rugi / laba yaitu ….
a. proyeksi harga pokok penjualan
b. proyeksi arus kas
c. keuntungan
d. kerugian
e. kebutuhan akan bahan baku
14. Dalam menyusun rencana investasi seorang pengelola usaha perlu memperhatikan dan mempertimbangkan ….
a. sumber dana
b. produk
c. kebutuhan akan barang-barang modal
d. harga pokok penjualan
e. penetapan harga
15. Di bawah ini metode-metode penilaian usul-usulinvestas, kecuali ….
a. payback period
b. net present value
c. internal rate of return
d. accounting rate of return
e. rate of return
16. Periode yang diperlukankan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan net cash flow ….
a. payback period
b. net present value
c. internal rate of return
d. accounting rate of return
e. rate of return
17. Karena analisis break even point menyangkut masalah biaya keuntungan dan volume kegiatan maka seringkali disebut sebagai …
a. cash flow
b. cost benefit
c. cost profit volume analysis
d. payback period
e. net present
18. Dalam perencanaan perolehan keuntungan, analisis BEP merupakanpendekatan perencanaan keuntungan yang berorientasi kepada ….
a. hubungan antara biaya dan penghasilan penjualan
b. hubungan modal dan produksi
c. hubungan biaya tetap dan biaya variabel
d. hubungan produksi
e. hubungan industri
19. Kelemahan dari metode accounting rate of return salah satunya adalah ….
a. sederhana dan mudah dimengerti
b. kurang memperhatikan jangka waktu investai
c. kurang memperhatikan aliran kas (cash flow)
d. tidak memperhatikan masalah proyeksi rugi-laba
e. terlalu rumit
20. Jika jumlah present value dari keseluruhan proceeds lebih kecil daripada present value dan net present value-nya negatif maka ….
a. usul investasi dapat diterima
b. usul investasi ditolak
c. usul investasi dipertimbangkan
d. ada hubungannya dengan suku bunga
e. ada hubungannya dengan modal.
Tugas
Buatlah rancangan rencana anggaran biaya untuk took kosmetik dengan 2 (dua) pegawai dalam bentuk usaha perseorangan